Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

iklan

Iklan

Indeks Berita

Aktivis Sebut SPMB 2025 Sarat Rekayasa, Berpotensi Rugikan Calon Peserta Didik

Sabtu, 05 Juli 2025 | 16:05 WIB Last Updated 2025-07-05T09:06:00Z

 

Foto : Mohamad Jembar, Aktivis sosial dan pendidikan dari wilayah Tangerang Utara

Editor : Tri Wahyudi, RealitaNews.co.id_
‎Sabtu, 5 Juli 2025.


KABUPATEN TANGERANG - Aktivis sosial dan pendidikan dari wilayah Tangerang Utara, Mohamad Jembar, melontarkan kritik tajam terhadap pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025 yang dinilainya belum maksimal dan cenderung merugikan masyarakat. Sabtu (05/07/2025).


Menurut Jembar, sistem SPMB 2025 mengandung banyak kelemahan struktural dan implementatif yang tidak hanya menciptakan ketimpangan akses, tetapi juga membuka ruang terjadinya tindakan yang ia sebut sebagai "maling intelektual."


“Sistem ini belum berbasis sosialisasi yang menyentuh langsung warga. Akibatnya, masyarakat kecil yang tidak paham alur dan mekanisme, tertindas oleh sistem yang seharusnya adil,” tegas Jembar.


Ia menilai, dalam pelaksanaan SPMB tahun ini, terdapat sejumlah bentuk kecurangan dan manipulasi data yang berlangsung secara masif. Beberapa modus yang disorot antara lain rekayasa nilai raport, evaluasi akademik yang tidak objektif, titipan terselubung yang dibungkus dalam skema pemesanan, hingga manipulasi jarak domisili demi kepentingan tertentu.


“Kejahatan-kejahatan ini telah menjadi bagian dari sistem. Bukan hanya rekayasa raport, tapi juga permainan domisili dan jarak yang direkayasa agar calon murid bisa masuk sekolah favorit. Ini bentuk ketidakadilan struktural yang harus diusut,” lanjutnya.


Lebih lanjut, Jembar menegaskan bahwa tanpa sosialisasi yang jelas dan edukatif kepada warga, maka kelompok masyarakat yang kurang mampu secara intelektual maupun ekonomi akan semakin tertinggal dan tersisih dari akses pendidikan yang berkualitas.


Ia pun mendesak pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan, untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem SPMB 2025. Ia juga meminta agar proses seleksi dilakukan secara transparan dan akuntabel dengan melibatkan pengawasan dari masyarakat sipil.


“SPMB bukan sekadar seleksi, ini menyangkut masa depan anak-anak bangsa. Kalau sistemnya cacat dan penuh rekayasa, yang bodoh bukan anak-anak, tapi kita yang membiarkan ini terjadi,” tutupnya.



(Red/Yanto)