Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

iklan

Iklan

Indeks Berita

Reposisi Pramuka sebagai Platform Pendidikan Karakter: Gagasan Dr. Masduki Asbari untuk Masa Depan Pendidikan di Kabupaten Tangerang

Senin, 23 Juni 2025 | 08:01 WIB Last Updated 2025-06-23T01:01:11Z


Serpong, 20 Juni 2025 — realitanews.co.id | Pendidikan karakter kembali menjadi topik utama dalam diskusi kebijakan pendidikan daerah, ketika Dewan Pendidikan Kabupaten Tangerang menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema "Penguatan Pendidikan Karakter Siswa pada Satuan Pendidikan Dasar Melalui Pendidikan Kepramukaan" di Hotel ElVega, Serpong. Salah satu narasumber utama dalam forum tersebut adalah Dr. H. Masduki Asbari, ST., MM., seorang akademisi sekaligus praktisi pendidikan dari Universitas Insan Pembangunan Indonesia (UNIPI) yang selama ini dikenal aktif dalam pembangunan ekosistem pendidikan di Banten.


Dalam wawancara dengan media di sela-sela acara, Dr. Masduki menyampaikan sebuah gagasan mendalam yang memantik perenungan: perlunya reposisi Gerakan Pramuka dari sekadar ekstrakurikuler wajib menjadi platform utama pendidikan karakter siswa secara integratif dan berkelanjutan.


> "Kita telah terlalu lama menempatkan Pramuka hanya sebagai kegiatan tambahan yang berlangsung seminggu sekali. Padahal di dalamnya terdapat kekayaan nilai-nilai yang seharusnya menjadi denyut nadi pendidikan karakter kita," ujar Dr. Masduki.


Menurutnya, pendekatan pendidikan karakter tidak bisa diperlakukan seperti mata pelajaran biasa. Karakter bukan sekadar konten, melainkan kesadaran hidup yang dibentuk oleh pembiasaan, keteladanan, dan pengalaman nyata yang berulang. Dalam kerangka inilah Gerakan Pramuka memiliki posisi strategis: ia membawa pendidikan ke dalam laku hidup, bukan hanya ke dalam hafalan.


Nilai Filosofis Gerakan Pramuka


Dalam penjelasan filosofisnya, Dr. Masduki menggarisbawahi bahwa Gerakan Pramuka adalah wujud konkret dari pendidikan berbasis nilai yang hidup. Di dalamnya terdapat nilai-nilai dasar yang universal dan kontekstual: kejujuran, kerja sama, kepedulian sosial, kemandirian, semangat kebangsaan, serta kecintaan terhadap alam dan sesama. Nilai-nilai ini tidak diajarkan dalam bentuk dogma, melainkan melalui kegiatan yang menyenangkan, kolaboratif, dan penuh tantangan — model pembelajaran yang sangat cocok untuk karakter siswa di jenjang pendidikan dasar.


> "Jika kita ingin menanamkan nilai tanggung jawab, integritas, dan ketangguhan mental, maka Pramuka punya metodologi tersendiri yang khas: experiential learning. Anak-anak belajar lewat pengalaman, bukan hanya lewat ceramah," jelasnya.


Argumentasi Akademis: Dari Ekstrakurikuler Menuju Ekosistem


Dalam perspektif akademis, Dr. Masduki menyoroti pentingnya transformasi paradigma pendidikan karakter. Ia menilai, selama ini banyak satuan pendidikan memandang kegiatan karakter sebagai beban tambahan, bukan sebagai inti dari pendidikan itu sendiri. Padahal, menurutnya, karakter adalah fondasi bagi berkembangnya literasi dan kompetensi lainnya. Pendidikan tanpa karakter, kata Dr. Masduki, akan melahirkan generasi cerdas tetapi tanpa arah etik dan tanggung jawab sosial.


> "Reposisi Pramuka artinya menjadikan nilai-nilai kepramukaan sebagai bagian dari budaya sekolah, bukan sekadar acara mingguan. Ini selaras dengan arah kurikulum dasar pendidikan kita yang memberi ruang besar pada penguatan karakter," paparnya.


Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan — dari kepala sekolah, guru, orang tua, hingga pengambil kebijakan daerah — untuk bersama-sama membangun kesadaran baru: bahwa pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademik semata, tetapi tentang pembentukan manusia seutuhnya.


Konteks Kabupaten Tangerang: Peluang dan Tantangan


Dr. Masduki melihat bahwa Kabupaten Tangerang memiliki potensi besar untuk menjadi pionir dalam penguatan pendidikan karakter berbasis kepramukaan. Dengan jumlah sekolah dasar dan menengah yang besar, baik yang di bawah binaan Disdik maupun Kemenag, serta latar belakang budaya yang beragam, Gerakan Pramuka dapat menjadi simpul pengikat nilai-nilai kebangsaan dan solidaritas sosial di kalangan generasi muda.


Namun demikian, ia juga mengingatkan adanya tantangan serius yang harus dihadapi, mulai dari minimnya dukungan struktural, keterbatasan pelatih dan pembina yang terlatih, hingga kurangnya integrasi kegiatan Pramuka dengan program sekolah sehari-hari.


> "Reposisi Pramuka harus dibarengi dengan desain kebijakan yang mendukung: mulai dari pelatihan pembina yang sistematis, dukungan anggaran, hingga insentif bagi sekolah yang berhasil menjadikan kepramukaan sebagai ruh pendidikan karakter," tegasnya.


Penutup: Dari Gagasan Menuju Gerakan


Mengakhiri pernyataannya, Dr. Masduki menegaskan bahwa reposisi Pramuka bukan sekadar perubahan nama atau kebijakan administratif, melainkan perubahan cara pandang terhadap misi pendidikan. Gerakan ini harus melibatkan seluruh elemen pendidikan dan memerlukan komitmen jangka panjang.


> "Jika kita serius ingin membangun generasi yang tangguh, berdaya saing, dan berkarakter, maka kita tidak boleh lagi memarjinalkan Pramuka. Ia harus kita tempatkan di tengah, bukan di pinggir," pungkasnya dengan penuh keyakinan.


Dengan semangat seperti inilah, Kabupaten Tangerang diharapkan mampu melahirkan model pendidikan karakter berbasis kepramukaan yang bukan hanya efektif, tetapi juga inspiratif bagi daerah lain di Indonesia.(Red/Agi).