Realitanews.co.id | Jakarta — Di tengah dinamika pembangunan sumber daya manusia nasional, arahan Menteri Sosial Republik Indonesia Saifullah Yusuf pada 22 Desember 2025 di Kantor Kementerian Sosial RI menghadirkan perspektif kebijakan yang tegas, humanis, dan visioner. Dalam forum tersebut, para pelajar terpilih, termasuk Raihan Arsyad Firdausy Asbari, siswa SMA Taruna Nusantara Kampus Malang asal Kabupaten Tangerang sekaligus alumni SMP Bisnis Aya Sophia Islamic School, menyimak langsung penjelasan strategis tentang Sekolah Rakyat Kemensos—sebuah ikhtiar negara memutus rantai kemiskinan ekstrem melalui pendidikan yang berkeadilan.
Mensos menegaskan bahwa Sekolah Rakyat, sebagaimana mandat Inpres No. 8 Tahun 2025, tidak sekadar institusi pendidikan, melainkan instrumen kebijakan sosial untuk memastikan anak-anak dari keluarga miskin memiliki masa depan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pendidikan ditempatkan sebagai jalan mobilitas sosial yang terukur, berkelanjutan, dan berorientasi pada hasil.
Target Khusus dan Sistem Boarding menjadi pilar utama. Program ini menyasar anak putus sekolah serta anak dari keluarga miskin yang terpaksa bekerja. Dengan sistem asrama, negara memastikan fokus belajar terjaga, kebutuhan gizi terpenuhi, dan beban ekonomi keluarga tidak lagi menghambat proses pendidikan. Pendekatan ini memadukan intervensi pendidikan dan perlindungan sosial secara terpadu.
Dari sisi mutu, Mensos menekankan guru profesional, bukan relawan. Tenaga pendidik adalah ASN P3K lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG), dengan jaminan kesejahteraan dan standar gaji pemerintah. Kebijakan ini menegaskan komitmen negara terhadap kualitas pengajaran, stabilitas tenaga pendidik, dan akuntabilitas layanan publik.
Kurikulum Sekolah Rakyat dirancang tailor-made dan relevan dengan generasi digital native. Digitalisasi menjadi arus utama, dengan fokus pada coding dan cyber security, didukung fasilitas satu siswa satu laptop. Sistem multi-entry (masuk tanpa tes) serta kurikulum yang dipersonalisasi—menyerupai sistem SKS—memungkinkan setiap anak belajar sesuai kemampuan dan ritme masing-masing. Fleksibilitas ini menghapus stigma seleksi sempit dan membuka ruang afirmasi yang adil.
Arahan Mensos dirangkum dalam Filosofi 3M yang kuat dan membumi: memuliakan wong cilik, menjangkau yang tidak terjangkau, dan memungkinkan yang tidak mungkin. Nilai ini tidak hanya normatif, tetapi operasional—diterjemahkan menjadi kebijakan, anggaran, kurikulum, dan tata kelola.
Bagi Raihan Arsyad Firdausy Asbari dan rekan-rekan pelajar yang hadir, paparan tersebut menjadi pembelajaran kebijakan publik yang konkret: bagaimana negara bekerja dari hulu ke hilir untuk memutus kemiskinan melalui pendidikan bermutu. Sebagai pelajar Taruna Nusantara dan alumni sekolah berbasis kewirausahaan, Raihan menyerap pesan bahwa kepemimpinan masa depan lahir dari empati sosial, disiplin kebijakan, dan keberanian inovasi.
Di akhir sesi, tersirat pesan reflektif: pendidikan adalah amanah peradaban. Ketika negara hadir secara cerdas dan berkeadilan, harapan tumbuh—dan dari harapan itulah generasi baru bangkit, tidak sebagai beban sejarah, melainkan penggerak masa depan Indonesia.(Red/Agi).
